Rabu, 02 Maret 2011

Bisikan Dari Langit

Melbourne, 20 oktober 2028

langit begitu gelap tanpa batas. bintan berkelip malu-malu, serbuk emas yang enggan untuk digapai. bulan tampak diam disalah satu sisi, tertutup awan dan puncak-puncak skyscraper, menghilang, dan kemudian kembali menampakkan diri. pilar-pilar bangunan berwarna-warni menjulang tinggi bagaikan pilar langit yang megah. serangga malam yang tergusur di antara bangunan-bangunan beton menyanyikan lagu rindu tentang hijaunya pepohonan dan hangatnya tanah bumi beberapa tahun silam. kini semuanya dittupi semen dan aspal. andai kata manusia tidak menemukan sistem hidroponik dan mengembangkannya hingga maju pesat seperti saat ini, seharusnya sawah-sawah itu tidak perlu hilang.
aku menatap langit, bintangbintang tak bergeming, dan bulan sudah mulai tertutup awan. teringat lagi dongeng kala kukecil, buta kala menelan puteri bulan. aku tersenyum. sudah lama aku meninggalkan tanah kelahiranku, indonesia.
indah. awan hitam itu bergerak-gerak, seperti barisan tentara yang berarak.
lalu titik merah itu tampak. semakin lama semakin besar dan jelas terlihat. sebuah bola pijar berwana merah. keningku berkerut, mereka-reka benda apakah itu. meluncur dengan kecepatancepat, membelah kebisuan malam.
aku terpaku. saat jarak antara benda itu sudah sedemikian dekatnya, sekitar beberapa kilometer dari permukaan bumi, aku dapat melihat wujud benda itu dengan jelas. aku menelan ludah. suaraku tersangkut di kerongkongan. sebuah asteroid. benda itu akan jatuh menabrakku!
langit tiba-tiba menjadi gelap, telanjang. bulan, bintang, dan awan tertutup. hiasan malam itu seketika hilang seperti direnggut begitu saja oleh sebuah tangan raksasa. rupanya asap dari asteroid yang terbakar pada lapisan atmosfer bumi itu membuat kelamnya malam bertambah pekat. cahaya pun tidak dapat menembus lapisan tebal itu. aku kehilangan bintang, di langit permukaan bumi, asterois terbakar oleh gesekan udara dan gerakannya menjadi lebih lambat. aku melihat beberapa titik merah berukuran lebih kecil daripada bola merah itu terbang melucur ke segala arah. mungkin itu adalah serpihannya.
bumi akan hancur tertabrak, dan aku tidak punya tempat untuk lari. didepanku, gedung rialto yang megah terbanting ke tanah terkena sapuan keras angin asteroid itu. angin kencang pula yang telah menghempaskanku hingga ke sudut dinding balkon. aku mengeluh, punggungku sakit terantuk lemari kayu.

asteroid itu semakin dekat..
astaghfirullah! aku terbangun seketika, dan mendapati diriku masih mengenakan mukena. tubuhku terpekur diatas sajadah. aku rupanya tertidur setelah tadi mengerjakan shalat tahajjud. tasbih kayu masih menggantung enggan di jemariku.
mimpi.
aku mengerjap-ngerjapkan mata. sejenak aku mengedarkan pandangan ke sekelilingku. tembok warna biru laut, lampu duduk bernuansa etnik, dan fotoku saat wisuda. semuanya tersusun rapi. aku sudah kembali!
saat ini aku sedang berada dikamarku. aku melirik ke arah jam dinding. pukul tiga lebih beberapa menit. tanggung bila aku hendak meneruskan tidurku kembali. waktu shubuh hampir tiba, dan aku tidak mau ambil resiko dengan ketiduran hingga akhirnya aku ketinggalan shalat. lebih baik aku mmpergunakan waktu yang cukup singkat untuk tadarus atau melakukan cek ulang pada beberapa hasil desertasi mahasiswaku.aku beranjak menuju kamar mandi untuk membasuh muka.
sejurus kemudian, aku menghentikan langkah. buru-buru kupalingkan kepalaku ke belakang, ke arh jendela kamarku. detak jantungku berlonba,langit diatas masih hitam. sama sekali tidak ada titik merah, hanya bintang berkelip dan bulan bersinar temaram yang seakan-akan menertawakan ketakutanku. aku memicingkan mata, sekadar untuk memastikan, teapi, yang ada hanya pantulan bayangan diriku di atas kaca.
aku jarang bermimpi sebelumnya.bila aku bermimpi pun umunya sama sekali tidak berkesan. malamnya aku bermimpi, tapi pagi hari saat aku bangun tidur tidak dapat mengingat mimpiku tersebut. tapi, kali ini terasa lain. seperti nyata! bahkan sisa-sisa ketakutanku terasa masih mengendap. napas memburu dan keringat bercucuran, juga gambaran gedung rialto yang terbanting rusak masih tercetak jelas.


melbourne, 23 oktober 2028.

"jadi secara tidak langsung, anda ingin mengatakan bahwa pada tanggal 26 oktober besok akan terjadi tabrakan hebat antara asteroid dengn bumi, begitu?"

aku tahu prof. brudern tidak akan mudah untuk sependapat denganku. bagaimanapun ia adalah seniorku. dan seorang senior "pantas" untuk bersikap seakan-akan lebih mengetahui daripada juniornya.

"begitulah. pada pukul 18.30, diprediksikan sebuah asteroid akan menabrak bumi denagan kecepatan lebih dari 17000 mil perjam, dengan kekuatan energi ledakan sekitar 320.000 megaton dinamit. saya sudah mengecek statistiknyadi IAU," aku menyapu keringatku.

pandangan orang itu begitu menusuk.

"kemungkinan sebagian besar bumi akan hancur. peristiwa 65 juta tahun yang lalu akan terulang kembali, saat spesies prasejarah dinosurus punah lantaran tumbukan asteroid berdiameter 6-10 mil. menurut perkiraan saya, jika asteroid mengenai bumi, akan terjadi galian berukuran raksasa yang menyerupai kawah dengan diameter kawah mencapai 20 mil.asap yang dihasilkan asteroid akan menimbulkan bumi menjadi gelap dan...."
"sebentar prof.rahma!" disudut ruangan prof.lianka christiansen memotong ucapanku. ia memang cerewet. semua perkataan yang keluat dari mulutnya pasti bernada tidak enak.

"apa anda menduga semua itu berdasarkan dari mimpi anda? lucu sekali! ternyata anda lebih cocok untuk jadi penulis cerita dongeng daripadaseorang ilmuwan astronomi kenamaan! terus terang saja saya menyesal jauh-jauh datang ke tempat ini! sangat tidak masuk akal penjelasan anda!" tandasnya sadis.

"percayalah, saa pikir ini adalah sebuah petunjuk dari Allah! saya mengalami mimpi serupa selama tiga hari belakngan ini. dan saya yakin, ini bukan hanya sekadar mimpi buruk belaka"

aku lupa, mereka tidak mengenal Tuhan! merka mungkin hafal diluar kepala tentang susunan galaksi yang ada di alam semesta ini, tapi untuk urusan ber-Tuhan aku masih sangsi mereka sudi mengakuinya. sungguh ironis memang, seharusnya mereka percaya bahwa jagat raya ini diciptakan oleh suatu Dzat Yang Mahabesar. mereka bahkan harus lebih yanik tentang hal itu daripada orang lain.
coba kita pikir, berapa banyak orang yang mendapatkan kesempatan berharga untuk pergi keluar angkasa untuk mengadakan penelitian? mereka seharusnya paham bahwa galaksi andromeda bukanlah ciptaan manusia. tapi, nyatanya mata mereka sama sekali buta, tidak dapat mengakui kebesaran Tuhan meski kenyataan sudah ada didepan.

sekitar 50 orang yang ada di tempat itu serta merta memasang muka tidak percaya, bahkan beberapa diantara mereka ada yang mencemooh. seseorang yang duduk di barisan depn memalingkan mukanya ke arah lain, berusaha untuk menyembunyikan tawanya. beberapa wartawan koran terkemuka mendengus kesal karna tidak jadi mendapat berita hebat, selain ilmuwan astronomi yang mendadak jadi gila karena telah mengumumkan kapan dunia akan kiamat. mereka ini adalah korban rasionalisme yang berlebihan sehingga mengakibatkan superiritas ilmu pengetahuan serta kesombongan yg benar-benar memuakkan.
mugkin mereka memang sama sekali tidak percaya pada kiamat. mereka beranggapan bahwa sejaraitu berulang, manusia selalu mempertahankan hidupnya bahkan dalam keadaan yang sulit sekalipun.
"ehm. tenang saudar-saudara! perkataan prof. rahma tidak sepenuhnya salah. berdasarkan observasi para astronom universitas texas, diperkirakan sebuah asteroid bernama 1997 XF 11 akan mendekati bumi pada 26 okt 2028, sekitar pukul 18.00., tp tidak menabrak bumi!" prof. callahan, seorang astronomical union (IAU) melirikku.pandangannya semakin membuatku ciut. dihadapannya aku bagaikan liliput, atau semut yang bisa ia injak sewaktu-waktu.

"benda langit berukuran 16 km akan melintasi bumi denagan jarak sedekat-dekatnya 960 km dari bumi. ini memperbaiki perhitungan jarak semula, yaitu 480 km. pemandangan hebat itu layaknya sebuah kembang api raksasa, tanpa perlu merasa takt sedikitpun. kulit anda bahkan tidak akan lecet karenanya!"

semuanya, kecuali aku tentunya, tertawa terbahak-bahak. suara mereka sungguh tidak enak sekali untuk didengar. aku mendesah pasrah. tidak banyak yang dapat kuperbuat.


melbourne, 25 oktober 2028

saat ini ada sekitar lima orang yang berada di apartemenku. semuanya adalah orang-orang penting yang sengaja dikirimkan UNO untuk berdiskusi tentang masalah pelik denganku. mereka seluruhnya dalm keadaan tegang, kelihatan jelas dari raut muka mereka. prof. lianka adalah salah satu diantaranya. garis-garis mukanya seperti tertarik kedepan, dan keringat tidak habis-habisnya mengucur dari kenignya. kulit mukanya lama-kelamaan bisa lumer bila ia terus-terusan tegang seperti itu.
prof.liankan menggigit bibir., "tadi pagi radar IAU menangkap adanya benda langit raksasa yang melaju ke arah bumi dengan kecepatan tinggi. perkiraan kami ternyata salah! XF 11 akan menabrak bumi. tidak ada yang tahu bagaimana lintasannya tiba2 saja berbelok begitu drastis. diperkirakan tabrakan akan terjadi sekitar 20 jm lagi dihitung dari sekarang"

aku hanya diam.

"a...aku tahu, ini mungkin tidak sopan. tadi, petinggi NASA baru saja menguhbungiku, selanjutnya kami berlima disuruh meminta pertolongan anda untuk mencegah asteroid tsb jatuh ke bumi. kami berharap setidak-tidaknya berikan gambaran solusinya". wanita itu lagi-lagi lupa mengatakan 'dengan hormat dan penuh rasa penyesalan'.

aku mengangkat bahu. "lho!? bukankah kalian sering bilang, bahwa kalian punya peralatan tercanggih, hingga seekor lalatpun dapat kalian deteksi? kalian juga pernah sesumbar bukan, bahwa kalian punya peralatan perang yang paling ampuh, paling mematikan, paling....."

"prof!!!". kelimanya hampir berteriak bersamaan.

aku tersenyum tipis. "seperti yang kau katakan tadi, ini semua mustahil! kita hanya dapat berharap dan menunggu. dalam hal seperti ini, percayalah, kita tidak akan dapat mengubah takdir yang sudah digariskan secerdas apapun kita"

"tetapi, kita kan bisa memperbaiki takdir!? bukankah ita sendiri yng menentukan takdir kita?"

aku berucap kalem, " aku mendapatkan kesan dari perkataanmu, bahwa sebenarnya kau ingin mengingkari takdir yang sudah digariskan Tuhan! katakan saja bahwa kau takut dengan takdirNya! dan kau kira dirimu terlalu hebat untuk menciptakan takdirmu sendiri?!"

mereka membisu.

"jadi anda tidak dapat mencegah bencana ini terjadi?"
"aku bukan Tuhan", potongku cepat.
"oh.. my God!!! kali ini bumi akan benar-benar hancur!"

Prof.lianka meremas jarinya. aku tahu saat ini keadaannya sedang kacau. tentu sangat berat baginya untuk datang ke tempatku dan meminta bantuan. dimana harga dirimu yang selama ini kau bangga-banggakan?
"apakah anda tidak tahu apa yang harus kami lakukan? apakah umat manusia tidak mampu bertahan? menembakkan nuklir ke arah asteroid itu?"

aku tersenyum lagi. beranjak dari tempat duduk dan menghampiri jendela kamar. gedung rialto menjulang tinggi dihadapanku. gedung megah nan mewah, bahkan aku tidak dapat melihat warna asli dingdingnya. selain lapisan kaca-kaca rayben berwarna hijau. gedung itu bahkan nyaris mirip istana kaca, sebelum aku ingat bahwa sebentar lagi akan hancur dan rata dengan tanah.. aku menatap sungai yarra yang terbentang membelah kota. meskipun hanya dengan bantuan lampu redup di pinggir jembatan, aku dapat melihat air sungai yang mengalir. aku mendesah lirih. bukankah hidup manusia juga mengalir seperti sebuah air sungai? berangkat dari laut, dan akhirnya bermuara pula ke laut. semua manusia: ilmuwan, pengacara, polisi, bahkan dokter yg mampu mengbati kanker pun pasti aka mati. semuanya akan kembali ke tangan Allah..

"kalian tahu bukan, kita bahkan tetap tidak punya cukup waktu untuk menghancurkannya? asterois itu sudah terlanjur dekat dengan bumi. jika kau bersikeras untuk menghancurkannya, serpihan asteroidnya pun juga akhirnya akan kembali menumbuk bumi. seandainya kalian mempercayai ucapanku, tiga-emapt hari yang lalu, mungkin kita masih bisa bertindak. tapi ternyata, kesombongan kalian sendirilah yang akhirnya membawa petaka, bukan?"

kelima muka itu sontak berubah menjadi merah. mereka tenrunya masih ingat saat di auditorium,a ku diperolok-olok mereka. sejujurnya kejadian itu masih membuatku jengkel.
"mengapa kita selalu mempersoalkan kematian? kita selalu berusaha mencegah kematian, seakan itu adalah sesuatu ang sangat menakutkan. sebenarnya tergantung pada kita, bukan? kematian macam apa yang kita pilih dan apakah kita telah siap, itu yang seharusnya kita permasalahkan! tahukan kalian, selama ini ternyata kita telah khilaf!" aku menatap langit hitam. "mungkin ini adalah hukuman dari Allah"

mereka menunudukan kepala.
"lalu, apakah tdk ada cara lain? apa yg harus kita lakukan saat ini?...."
"ada". cepat aku memotong perkataan petinggi IAU, seorang laki-laki botak berkacamata tebal yg selalu sibuk mmbersihkan kacamatanya.
kulihat mendadak ada rona-rona penuh harap dalam wajah kelima orang itu.
"berdoa. kalian jarang melakukannya, bukan?!"
prof.lianka menggelengkan kepalanya.
"lalu Tuhan atau siapalah itu akan menghentika laju asteroid itu? tiba-tiba saja asteroid itu akn menghilang seperti sulap simsalabim, atau.. lintasan orbit akan kembali normal?! ini bukan sekadar film science-fiction murahan!" suaranya serak.

aku benar-benar heran dgn wanita satu ini . bahkan di saat0saaat seperti ini ia tetap tidak dapat memprbaiki sikapnya itu. mulutnya selalu setajam pisau.
aku mentapnya sejurus,
"paling tidak kau dapat meminta ampun dan bertobat padaNya! mulutmu benar2 menyedihkan!"


melbourne, 26 okt 2028

aku dari atas balkon apartemenku menghitung waktu menjelang pukul setengah tujuh nanti. tangan kananku menggenggam tasbih dan adri mulutku meluncur bunyi2an doa. kesunyian zikir yg mengalir. tanganku gemetar. bahkan diriku pun mungkin belum tent siap menghadapi kematian. aku masih sering membayangkan api neraka yg panas, dan tubuhku akan dipanggang diatsnya seperti bbq dan kemudian diulang lagi hingga seluruh tubuhku hancur.
tapi jika memang ini saatnya aku harus mati, mengapa aku harus lari?
sementara itu suara-suar ribut di tingkat bawah terdengar lbh keras. waktu yg bergulir cpt, mmbakar rasa panik orang2. semuanya bingung menyembunyikan dirinya, beberapa orng yg cukup tamak, msh berusaha mnyelamatkan harta bendanya, jalan2 raya penuh dgn mobil yg mmbawa smw perabotan dan peralatan penting diatas kap, seakan mereka tahu dimana tempat yg aman utk berlindung. suasananya tak ubah seperti neraka.
aku menggigit bibir. jantungku hampir saja meloncat dari rongga dada.
jelas sekali, mataku menangkap adanya bayangan merah terbang diangkasa. asteroid kemerahan itu datang menghampiri dengan pongahya. mungkin saja dibelakang asteroid itu, bersembunyi malaikat izrail yg sudah bersiap2 untuk melaksanakn tugasnya, nyanyian kematian sudah dilantunkan, pintu kematian dibuka lebar-lebar.

mobil-mobil terpental terkena hembusan angin keras. gedung rialto hancur. dan seperti bintang pohon lapuk, rialto rubuh melintang mengenai gedung sampingnya. orng2bagaikan anai-anai berterbangan. rumah2 tercabut dr tanah dan melayang bagaikan kapas yg dihembus angin tornado.
"aku akan mati.. aku akan mati...." bisikku berulang2.
paling tidak aku tidak membutuhkan liang ahat untuk menguburkan jasadku.
sungguh fenomena yg sangat luar biasa. suatu kodrat alam, takdirari Allah yg tidak dpt ditebak oleh manusia, bahkan yg terjenius sekalipun. meski dengan menghitung dgn bermacam2 rumus, perkiraan amnusia bisa juga meleset.

waktu yg teramat singkat ini kugunakan untuk bercermin pada perbuatanku di masa lalu. trnyata, banyak mudharat yg telah kuperbuat. waktuku terbuang sia2, dan kini hanya bisa jd sampah penyesalan. bahkan munhkin ilmu pngetahuan tinggi yg selama ini susah payah kubangn, yg mungkin mmbuatku mnjadi khilafdr kebesaran Allah, akhirnya tdk ada artinya bila kematian datang menjemput.
aku menutup mata. saat panas yg sangat itu merayapi sekujur badanku. satu episode berakhir sudah.

written by: Farha Zakiyya

Sebuah cerita penuh inspirasi yang memberi kita pelajaran bahwa sesungguhnya Allah adalah Yang Maha Mengatur. Dia mengatur segala kejadian yang terjadi di alam ini. Terkadang, manusia dengan sombongnya dapat meramalkan ini dan itu, tanpa melihat bahwa sesungguhnya Dia yang mengatur segalanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar